Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi lebih indah adalah menyayanginya tanpa mengharapkan sesuatu perasaan apapun darinya. Hanya perlu satu menit untuk menghancurkan seseorang, Satu jam untuk menyukai seseorang, Satu hari untuk mencintai seseorang, Tetapi membutuhkan seumur hidup untuk melupakan seseorang... Mungkin Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak tepat. Jadi ketika kita akhirnya bertemu dengan orang yang tepat kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut. Cinta adalah ketika kamu membawa perasaan, kesabaran dan romantis dalam suatu hubungan dan menemukan bahwa kamu peduli dengan dia........
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi. Ketika pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka... Tetapi kadang-kadang kita menatap terlalu lama pada pintu yang telah tertutup itu sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka bagi kita.
Teman yang terbaik adalah teman dimana kamu dapat duduk bersamanya dan merasa terbuai dan tidak pernah mengatakan apa-apa dan kemudian berjalan bersama. Perasaan seperti itu adalah percakapan termanis yang pernah kamu rasakan. Benarkah bahwa kita tidak tahu apa yang kita dapatkan sampai kita kehilangan itu ?? Tetapi benar juga bahwa kita tidak tahu apa yang hilang sampai itu ada . Memberikan seseorang semua cintamu tidak pernah menjamin bahwa mereka akan mencintai kamu juga!!! Jangan
mengharapkan cinta sebagai balasan, tunggulah sampai itu tumbuh di dalam hati mereka, tetapi jika tidak, pastikan dia tumbuh di dalam hatimu ...
Ada hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang dari mereka kamu ingin dengar. Tetapi jangan sampai kamu menjadi tuli walaupun kamu tidak mendengar dari seseorang yang mengatakan itu dari hatinya . Jangan pernah berkata selamat tinggal jika kamu masih ingin mencoba. Jangan menyerah selama kamu merasa masih dapat maju. Jangan pernah berkata kamu tidak mencintai orang itu lagi bila kamu tidak bisa membiarkannya pergi...
Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan... Kepada mereka yang masih percaya walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang masih mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan Jangan melihat dari wajah, itu bisa menipu.
Jangan melihat kekayaan, itu bisa menghilang. Datanglah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum karena Sebuah senyuman dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah Berharaplah kamu dapat menemukan seseorang yang dapat membuatmu tersenyum.
Ada saat di dalam kehidupanmu dimana kamu dapat merindukan seseorang, kamu ingin mengambil mereka dari mimpimu dan benar benar-memeluk dia. Mendekap dirinya dalam tiap tidur indahmu... Berharaplah bahwa kamu dapat bermimpi tentang dia, yang berarti mimpilah apa yang ingin kamu impikan. Pergilah kemana kamu ingin pergi. Jadilah sesuai dengan keinginan kamu, Karena kamu hanya hidup sekali dan satu kesempatan untuk melakukan apa yang kamu inginkan Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia...
Cukup cobaan untuk membuat kamu kuat Cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya, Dan cukup harapan untuk membuat kamu bahagia. Selalu letakkan dirimu pada posisi orang lain. Jika kamu merasa bahwa itu menyakitkan kamu. Mungkin itu menyakitkan orang itu juga.
Kata-kata yang ceroboh dapat mengakibatkan perselisihan, Kata-kata yang kasar bisa membuat celaka. Kata-kata yang tepat waktu dapat mengurangi ketegangan. Kata-kata cinta dapat menyembuhkan dan menyenangkan Permulaan cinta adalah dengan membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri. Dan tidak membentuk mereka menjadi sesuai keinginan kita. Dengan kata lain kita mencintai bayangan kita yang ada pada diri mereka.
Orang yang bahagia tidak perlu memiliki yang terbaik dari segala hal. Mereka hanya menghargai segala hal yang datang dalam hidup mereka. Kebahagiaan adalah bohong bagi mereka yang menangis, mereka yg terluka, mereka yang mencari, mereka yang mencoba... Mereka hanya bisa menghargai orang-orang yang penting yang telah menyentuh hidup mereka.
Cinta mulai dengan senyuman,dan berakhir dengan air mata...mungkin seperti itu... Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan. Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu sampai kamu melupakan kegagalan kamu dan rasa sakit hati. Ketika kamu lahir, kamu menangis dan semua orang disekeliling kamu tersenyum. Hiduplah dengan hidupmu, jadi ketika kamu meninggal, kamu satu satunya yang tersenyum dan semua orang di sekeliling kamu menangis...
(^__^)……GBU all
Selasa, 29 Maret 2011
Jadilah Pelita
Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.... Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta."
Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak... secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya...," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat. Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu. Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana. Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita. Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
(^__^)……GBU all
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.... Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta."
Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak... secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya...," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat. Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu. Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana. Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita. Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
(^__^)……GBU all
Nasi Kotak
Hari ini saya mendengar sebuah kisah mengharukan dari seorang teman. Ada seorang nenek setiap hari membuat nasi kotak kasih. Satu kotak nasi seharga enam ribu rupiah, dalam nasi kotak tersebut berisi daging dan empat jenis sayuran, keseluruhan nasi kotak ini terlihat mewah.
Teman saya bertanya kepada nenek itu, “Mengapa Anda jual nasi kotak itu begitu murah?”
Nenek itu berkata, sekarang situasi ekonomi sedang lesu, sangat sulit mencari uang. Banyak anak kecil tidak memiliki uang jajan untuk membeli makanan, ataupun membayar uang sekolah. Sedangkan orang dewasa sangat sulit mendapatkan pekerjaan, walaupun sudah mendapatkan pekerjaan gajinya juga sangat minim.
Oleh karenanya Nenek sangat berharap bisa membuat kelompok pekerja menghabiskan uang yang paling minim, bisa menikmati nasi kotak yang bergizi. Dia juga sangat berharap orang lain bisa meniru tindakannya, agar lebih banyak orang lagi yang bisa memberikan perhatian kepada kaum buruh dan pekerja tingkat menengah bawah.
“Lantas, berapakah modal Nenek untuk membuat satu kotak nasi? Jika uangnya tidak mencukupi siapa yang mendukung Nenek?” tanya teman saya.
Nenek itu berkata, “Sekarang ini harga barang terus naik, modal untuk membuat satu kotak nasi sebesar sepuluh ribu rupiah, berapa uang yang Nenek miliki maka sebanyak itu nasi kotak yang akan Nenek buat. Jika uang hasil penjualan tidak mencukupi, maka dia akan mengambil uang bulanan dari anaknya untuk menutupi kekurangan itu.
Akhirnya teman saya itu bertanya lagi, “Apakah keluarga Nenek mendukung kebaikan ini?”
Nenek itu mengatakan, putranya pernah menasehatinya untuk menikmati hari tua, tanpa perlu bersusah payah setiap hari membuat nasi kotak. Sibuk bekerja dari siang hingga malam. Tetapi putranya melihat nenek melakukan hal ini dengan riang gembira, akhirnya dia mendukung keinginan Nenek.
Nenek itu menambahkan, perbuatan baik bisa dan boleh dilakukan setiap orang. Asalkan semua orang bersedia mengorbankan sedikit rasa kasih, maka masyarakat ini semakin lama makin mempunyai harapan.
Seorang Ibu negara AS pernah mengatakan, “Ada orang yang memberikan waktu, ada orang yang menyumbangkan uang, ada yang menyediakan teknik dan relasi mereka, ada pula yang benar-benar mengorbankan jiwa dan raganya. Dapat dikatakan setiap orang memiliki sesuatu yang bisa didermakan. Jiwa dan kasih kesemuanya ini disulut dan membara dari lubuk hati kebaikan.”
Ketika kita hidup di tengah-tengah masyarakat, mungkin bisa merasakan realitas masyarakat, lingkungan yang dingin tidak ada kepedulian. Juga mungkin sekarang ini kita tidak bisa mengubah apapun, juga tidak bisa menuntut orang lain untuk meniru kita. Tetapi kita bisa mengubah diri kita sendiri.
Jika semua orang bisa berpikir pada sudut kebaikan, bisa lebih dulu memikirkan orang lain sebelum melakukan sesuatu, maka dunia ini akan lebih indah, sumber dari kebaikan ini akan terus mengalir selamanya. (Wen Qi/The Epoch Times)
"Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:10)
SELAMAT MALAM.
TUHAN MEMBERKATI.
Teman saya bertanya kepada nenek itu, “Mengapa Anda jual nasi kotak itu begitu murah?”
Nenek itu berkata, sekarang situasi ekonomi sedang lesu, sangat sulit mencari uang. Banyak anak kecil tidak memiliki uang jajan untuk membeli makanan, ataupun membayar uang sekolah. Sedangkan orang dewasa sangat sulit mendapatkan pekerjaan, walaupun sudah mendapatkan pekerjaan gajinya juga sangat minim.
Oleh karenanya Nenek sangat berharap bisa membuat kelompok pekerja menghabiskan uang yang paling minim, bisa menikmati nasi kotak yang bergizi. Dia juga sangat berharap orang lain bisa meniru tindakannya, agar lebih banyak orang lagi yang bisa memberikan perhatian kepada kaum buruh dan pekerja tingkat menengah bawah.
“Lantas, berapakah modal Nenek untuk membuat satu kotak nasi? Jika uangnya tidak mencukupi siapa yang mendukung Nenek?” tanya teman saya.
Nenek itu berkata, “Sekarang ini harga barang terus naik, modal untuk membuat satu kotak nasi sebesar sepuluh ribu rupiah, berapa uang yang Nenek miliki maka sebanyak itu nasi kotak yang akan Nenek buat. Jika uang hasil penjualan tidak mencukupi, maka dia akan mengambil uang bulanan dari anaknya untuk menutupi kekurangan itu.
Akhirnya teman saya itu bertanya lagi, “Apakah keluarga Nenek mendukung kebaikan ini?”
Nenek itu mengatakan, putranya pernah menasehatinya untuk menikmati hari tua, tanpa perlu bersusah payah setiap hari membuat nasi kotak. Sibuk bekerja dari siang hingga malam. Tetapi putranya melihat nenek melakukan hal ini dengan riang gembira, akhirnya dia mendukung keinginan Nenek.
Nenek itu menambahkan, perbuatan baik bisa dan boleh dilakukan setiap orang. Asalkan semua orang bersedia mengorbankan sedikit rasa kasih, maka masyarakat ini semakin lama makin mempunyai harapan.
Seorang Ibu negara AS pernah mengatakan, “Ada orang yang memberikan waktu, ada orang yang menyumbangkan uang, ada yang menyediakan teknik dan relasi mereka, ada pula yang benar-benar mengorbankan jiwa dan raganya. Dapat dikatakan setiap orang memiliki sesuatu yang bisa didermakan. Jiwa dan kasih kesemuanya ini disulut dan membara dari lubuk hati kebaikan.”
Ketika kita hidup di tengah-tengah masyarakat, mungkin bisa merasakan realitas masyarakat, lingkungan yang dingin tidak ada kepedulian. Juga mungkin sekarang ini kita tidak bisa mengubah apapun, juga tidak bisa menuntut orang lain untuk meniru kita. Tetapi kita bisa mengubah diri kita sendiri.
Jika semua orang bisa berpikir pada sudut kebaikan, bisa lebih dulu memikirkan orang lain sebelum melakukan sesuatu, maka dunia ini akan lebih indah, sumber dari kebaikan ini akan terus mengalir selamanya. (Wen Qi/The Epoch Times)
"Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:10)
SELAMAT MALAM.
TUHAN MEMBERKATI.
Langganan:
Postingan (Atom)